70 Hari Mengenang Pahlawan Anti Covid-19 Sidoarjo, Cak Nur

495
Almarhum Cak Nur ketika sidak mengunjungi nenek Mesti (80), warga Desa Gampang, RT.06, RW.02, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, yang hidup sebatang kara di rumahnya, Sabtu (2/5). Kebaikan almarhum harus kita kenang. (Foto: ary/pijaronline).

Sidoarjo-Pijaronline.net-Perjuangan tidak kenal kendor Pemkab Sidoarjo menekan angka sebaran Covid-19 tidak lepas dari kiprah almarhum Plt Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin.

Cak Nur, panggilan akrab Nur Ahmad Syaifuddin adalah pahlawan anti Covid-19 Sidoarjo. Kegigihannya memerangi Covid dan rasa kemanusiaan yang tinggi tidak begitu saja kita lupakan.

Jumat (30/10) adalah 70 hari Cak Nur meninggalkan warga Sidoarjo. Almarhum tidak kenal lelah menekan angka sebaran Covid-19 sampai Covid-19 itu sendiri merengut nyawanya pada 22 Agustus 2020 di RSUD Sidoarjo.

Kegigihan, rasa kemanusiaan tinggi, murah senyum, dan tidak mengenal lelah adalah sifatnya yang patut kita teladani. Dia adalah pemimpin Sidoarjo yang mengisi kehampaan setelah 20 tahun Sidoarjo tertidur nyenyak. Tapi Allah SWT keburu memanggilnya.

Perjuangan Cak Nur dimulai sejak pandemi itu masuk Sidoarjo. Bahkan ketika ada seorang pasien Covid-19 meninggal di Sedati, tak ada warga yang takziah dan memakamkannya. Cak Nur, akhirnya ikut memakamkan jenazah Covid tersebut.

Itu terjadi pada Kamis (26/3) dini hari. Seorang pasien positif Covid-19 dari Kecamatan Sedati, tepatnya Perumahan Sedati Permai, Jl Sikatan, Sidoarjo, meninggal dunia, Rabu (25/3) malam. Pasien ini sebelumnya berstatus PDP (Pasien Dalam Pengawasan) Covid-19.

Dia sebelumnya sudah sepekan dirawat di RS swasta dan memiliki penyakit bawaan diabetes. Kemudian, dia ternyata positif Covid-19, dan meninggal.

Semula pasien yang ber-KTP Surabaya ini akan dimakamkan di TPU setempat. Tapi warga menolaknya. Pihak keluarga lantas koordinasi dengan Pemkab Sidoarjo. Tim Relawan Satgas Covid-19 turun lokasi dan segera memakamkan pasien ke TPU Delta Praloyo, Lingkar Timur, Sidoarjo.

Dalam pemakaman korban Covid-19 ini, Cak Nur juga ikut serta. Dia dan lima relawan dengan memakai pakaian Hazmat (Hazardous Materials Suit) yang serba putih menurunkan peti jenazah korban dari ambulance dan memakamkannya. Video pemakaman tersebut sudah tersebar di grup-grup WA. Pemakaman korban diperkirakan Kamis (26/3) sekitar pukul 03.00.

‘’Saya ikut memakamkan jenazah korban Covid-19 memastikan aman dan tidak masalah karena jenazah korban sudah ditangani tim dokter sebelumnya,’’ ujarnya.

Di sela-sela kegiatannya memerangi Covid-19, Cak Nur juga aktif blusukan ke kampung-kampung Sidoarjo. Dia mencari kakek-nenek yang hidup sebatang kara untuk diberi bantuan dan Dinas Kesehatan disuruh memperhatikan kesehatan mereka.

Ini terjadi pada Sabtu (2/5). Seorang nenek, Mesti (80), warga Desa Gampang, RT.06, RW.02, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, hidup sebatang kara di rumahnya yang sederhana. Tak ada satu pun keluarga yang merawatnya. Bila makan, dia menunggu belas kasih tetangganya.

Cak Nur sidak ke rumah nenek tersebut. Dia harus jalan kaki sekitar 300 meter dari jalan raya. Dia ke rumah nenek untuk memastikan kondisinya dan memberikan santunan uang tunai dan sembako.

Setibanya di lokasi, kondisi rumah si nenek tidak terurus. Selain itu, kondisi si nenek juga memprihatinkan. Pendengarannya pun sudah memburuk. Dia agak kesulitan bila diajak bicara. Dengan kondisi seperti itu, tidak selayaknya si nenek hidup sebatang kara.

Cak Nur, sapaan Wabup, meminta kepada petugas Puskesmas Prambon untuk membersihkan badan si nenek, terutama kukunya yang panjang sudah lama tidak pernah dibersihkan.

Pada Minggu sore (3/5), Cak Nur kembali blusukan mengunjungi dua warga Sidoarjo yang kondisi kesehatan dan ekonominya menggenaskan. Mereka adalah Kasan (76) dan Edi Rustam, keduanya tinggal di Sekardangan, Sidoarjo.

Kasan, asal Mojokerto. Dia sudah sekitar 30 tahun tinggal di RT 02, RW 01, Sekardangan, Sidoarjo. Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Bangunannya ala kadarnya. Dinding rumah terbuat dari triplek, bangunan liar, tempatnya di ujung gang, di pinggir sungai.

Di depan rumahnya ada becak. Becak ini dulu dipakai Kasan mencari nafkah ketika dirinya masih sehat. Dia kini hidup sebatang kara dan tidak kuat bekerja. Berjalan pun dibantu dengan tongkat. Selama ini, makan dan keperluan hidupnya dibantu oleh tetangga depan rumah dan tetangga lainnya.

Melihat kondisi Kasan, Cak Nur merasa ibah dan sedih. Dia kemudian memberikan bantuan berupa sembako dan uang tunai kepda Kasan.

Semoga amal ibadah Cak Nur diterima Allah SWT. Kami, warga Sidoarjo akan selalu mengenang jasa-jasanya pada kemanusian. (ruf)