Berlian:“Orangtua Harus Ciptakan Komunikasi Empati pada Anak”

43
Pembicara,dr. Berlian Aniek Herlina, M.Psi ketika menyampaikan materi "Komunikasi Asyik dengan Anak" di hadapan 30 peserta Seminar Parenting Literasi yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sidoarjo, Senin (6/5)/photo: istimewa.

Seminar Parenting Literasi di  Era Cyber Community

Sidoarjo-Pijaronline.net. Di era cyber community dan digitalisasi, ilmu parenting yang benar dan efektif sangat dibutuhkan. Karena bagaimana pun, orangtua perlu mengarahkan anak-anaknya agar selalu berpikir positif, kreatif, dan inovatif agar bisa berkiprah di era industri atau society 5.0.

Society 5.0 yakni ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot, Internet of Thing) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman. Society 5.0 sendiri dimulai  2 tahun tepatnya, 21 Januari 2019

Menyiapkan orangtua kreatif dan inovatif, Dinas Perpustkaan dan Arsip Kabupaten Sidoarjo menggelar seminar yang bertemakan “Parenting Meningatkan Budaya Literasi pada Anak-Anak” di UJLP (Unit Jaringan Layanan Perpustakaan), Jalan Gub. Sunandar Prijosoedarmo 496,  Krian, Senin, (05/6/24) pagi. Hadir sebagai pembicara dr. Berlian Aniek Herlina, M.Psi, master trainer BNSP dan certified trainer NNLP.

Acara dibuka   oleh Kepala Bidang Pengelola Perpustaan dan Kearsipan Sidoarjo, Erna Kusumawati, SP, M.M sekitar pukul 09.00. Dalam sambutannya, Erna yang mewakili Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Ridho Prasetyo, S.STP,M.A mengatakan orangtua perlu dibekali ilmu parenting yang bertujuan meningkatkan ilmu literasi inovatif dan kreatif agar siap di era internet.

“Bagaimana mereka bersikap tetap sopan dan patuh kepada orangtua di era gempuran media sosial (medsos) saat ini. Mereka harus smart memilih medsos yang baik–yang intinya bisa meningkatkan daya kreatifitas dan inovasinya. Bukan sebaliknya. Karena itu, komunikasi orangtua kepada anak harus efektif. Komunikasi harus bisa memberdayakan anak, bukan sebaliknya,” kata Erna di hadapan 30 peserta seminar.

Dokter Berlian kemudian menyampaikan materinya yang berjudul “Komunikasi Asyik dengan Anak”. Menurutnya, konsep  diri pada anak penting mempengaruhi komunikasi orangtua dan anak. Jadi orangtua harus berusaha menciptakan komunikasi empati pada anak.

Apa empati? “Empati adalah kemampuan memahami kondisi atau perasaan orang lain. Umumnya, empati merupakan kelanjutan dari simpati. Empati bisa memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Perasaan empati juga bisa muncul dalam diri seseorang meski ia belum pernah mengalami peristiwa yang dialami orang lain,” jelas Berlian.

Kunci komunikasi empati  ada tujuh. “Yakni hindari 15 PK (Penghambat Komunikasi,  memahami perasaan, kenali bahasa tubuh, memahami masalah siapa, mendengar aktif, berpesan saya, dan bekerja sama,” paparmya.

Apa saja 15 PK? “Memerintah,  menyalahkan, meremehkan, membandingkan,mencap, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, menganalisa, mendiamkan, menghakimi, dan menuduh, Jadi hindari 15 PK bila ingin komunikasi dengan anak kita lancar,” jelasnya.

Peserta berfoto bersama dengan pembicara dr.Berlian Aniek Herlina, M.Psi (tengah) dan Kepala Bidang Perpustakaan dan Kearsipan Sidoarjo, Erna Kusumawati,SP,MM (sisi kanan pembicara)/photo:istmewa.

Orangtua juga harus bisa memahami perasaan anak. Ingat kebutuhan perasaan itu disebut juga 5D. Yakni, didengar, dikenali, diterima, dimengerti, dan dihargai. Bila anak sukses melakukan kegiatan apa pun, coba dihargai. Bukan sebaliknya dikritik atau dianalisa,” ujar Berlian.

Penting juga untuk tahu potensi dan kekurangan diri. Coba kenali diri kita atau anak kita potensi dan kekurangan dirinya. Bila kurang bisa dibenahi sedikit demi sedikit.

Dalam praktik menggali potensi diri secara literasi, peserta diberi tugas untuk membuat puisi yang isinya potensi positif pada diri peserta—yang didapat dari huruf alfabet nama peserta. “Misalkan nama  panggilan Ari, Jadi  puisi yang tersusun A = Aku orang yang energik. R = Ramah perangaiku, dan I = Impianku menjadi orang bermanfaat,” jelasnya.

Para peserta kemudian mencobanya dan sukses. Peserta juga diajari bagaimana komunikasi yang baik dengan anak. Seluruh peserta ternyata bisa mengimplementasikannya yakni dengan cara satu per satu maju di hadapan peserta lainnya.

Sebelum acara berakhir, para  peserta diberi kartu keanggotaan perpustakaan  gratis. Para peserta bisa meminjam buku parenting secara gratis. Sekitar pukul 12.00, acara baru berakhir. Para peserta tersenyum bahagia.  Mereka sepertinya tidak sabar ingin segera mempraktikan materi seminar terhadap anak-anaknya. (ruf)