Bisnis Tidak Goyang, Berbagi Malah Pol-Polan

402
Deny Rachmawati, Founder dan Owner DNY Skincare/foto/istimewa.

Kiat Bisnis DNY Skincare di Era Pandemi Covid

Oleh: Mochamad Makruf*

Di era  pandemi, perusahaan ini  tidak terguncang. Aneh bukan. Produk kosmetik perawatan kulitnya jalan terus. Kliniknya yang tersebar di enam cabang tetap ramai pengunjung. Beramal pun juga pol-polan atau maksimal. Perusahaan itu, DNY Skincare namanya. Apa rahasianya? Giving. Berbagi. DNY suka berbagi kepada sesama khususnya kaum  disabilitas. Sekitar 15 persen  omzet dari kotor DNY, untuk  beramal. Berikut pengakuan Deny Rachmawati, founder DNY Skincare.

RABU  (13/10),  kami  diterima Bunda Deny. Begitu para kolega,teman, dan customernya memanggilnya. Sangat susah bertemu pengusaha wanita ini. Kehidupannya disibukan aktivitas bantuan sosial.  Membantu kaum disabilitas. Dia sangat peduli.

Bila urusan berbagi kepada kaum disabilitas, jangan tanya  Bunda Deny. Bukan pamer. Tapi bila disebutkan, bikin kita terbelalak. Kita sulit menghitung dan mengejarnya.  Itu karena ladang rezekinya memang  ada di kaum disabilitas. Semakin banyak beramal, rezekinya mengalir terus.

Sekitar pukul 15.10, kami  di rumahnya. Di perumahan one gate system  Jayaland, Gedangan. Rumahnya  di sisi timur pos satpam. Memanjang timur barat. Di jalan utama perumahan di sisi barat yakni di ruko, ada kliniknya DNY Skincare. Itu kantor pusatnya. Klinik dan rumah berada di satu cluster.

Rumahnya tampak sepi. Ada seorang asistennya keluar. Kami menyapanya dan dipersilahkan masuk. Terlihat di teras sisi timur, banyak beras kemasan lima kilogram. Baik beras merah maupun putih. Itu jelas beras-beras sisa bakti sosial atau beras untuk disiapkan nasi bungkus gratis harian.

Bunda Denny ketika memberikan bantuan kepada warga miskin dan disabilitas di Desa Gemarang, Durenan, Madiun, pada 09 Oktober 2021/foto/istimewa.

Pada 9 Oktober, DNY Skincare usai  touring ke Madiun, kawasan hutan Saradan.  Sepertinya, waktunya giving touring kepada sesama. Warga disabilitas dan kaum dhuafa di sekitar hutan. Yakni di Desa Gemarang, Kecamatan Durenan, Kabupaten Madiun

Namanya giving touring, tentu yang diangkut paket bantuan sosial seperti sembako. Dan,kendaraan pengangkutnya  jeep dan land cruiser off road beroda besar. DNY memang menyediakan khusus mobil-mobil off road untuk urusan berbagi di daerah-daerah terpencil atau pegunungan.

Mobil-mobil off road DNY Skincare disiapkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil atau pegunungan/foto/istimewa.

Di desa itu, DNY membuka pengobatan massal, bagi-bagi sembako dan uang. Wakil Bupati Madiun, Hari Wuryanto dan ada beberapa anggota dewan. Mereka tentu saja menyambut baik acara tersebut.

Pada 10 Oktober, acara bakti sosial lanjut ke Ponorogo. Menariknya di situ ada satu desa yang penghuninya orang disabilitas semua. Karena, mereka bila hidup di desa lain dikucilkan dan akhirnya kumpul di situ. Di situ, DNY berbagi.

Balik ke rumah Bunda Denny,  kami memasuki rumahnya. Tercium bau harum aroma theraphy. Ternyata saat itu Bunda Deny tengah menjalani massage atau pijat. Itu setelah dia selama dua hari bakti sosial di Madiun dan Ponorogo.

Tak lama kemudian, seorang lelaki setengah baya menemui kami. Dia adalah Trimunas Prijanto. Panggilannya Pak Munas.  Suami Bunda Denny. ”Maaf, istri masih pijat. Usai baksos di Madiun dan Ponorogo,” ujarnya.

Mengapa DNY suka beramal? ”Sejak DNY berdiri 15 tahun lalu, kami suka beramal. Kalau di Islam, kan harus zakat harta  atau mal, 2,5 persen. Kami muslim.  Sudah melakukan itu. Karena itu ketika DNY omzetnya lumayan, kami tak lupa sisihkan rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Khususnya kaum disabilitas,” jelas Pak Munas.

Pihaknya sangat peduli terhadap kaum disabilitas. Karena, satu anak tunggalnya juga menderita autis. ”Anak kami autis. Kami tahu betul bagaimana perasaan orang-orang disabilitas. Mereka butuh dihargai. Juga butuh makan. Mereka adalah warga yang terpinggirkan dan terlupakan. Siapa yang peduli? Kalau bukan kita,” ujarnya.

Sejak DNY Skincare mulai besar, semula diterapkan CSR (Corporate Social Responbility) perusahaan ke kaum disabilitas lima persen atas omzet bersih. “Tapi kami susahnya juga menghitungnya. Karena omzet kotor harus dikurangi biaya operasional perusahaan. Pemisahannya agak lama. Jadi kami putuskan, ya sudah omzet kotor langsung diambil lima persen,” jelasnya.

Dia, istri dan karyawan serta relawan  DNY turun lapangan mendistribusikan bantuan sosial bisa sampai langsung ke penerimanya. Khususnya warga disabilitas. Bila dana bantuan tersalurkan, kami puas,”ujarnya.

Ternyata lama kelamaan, DNY Skincare tambah berkembang. Prosentase yang disisihkan untuk warga disabilitas dan tidak mampu ditingkatkan. “Kami tingkatkan 10 persen. Dan, DNY Skincare ternyata semakin berkembang. Malah buka kantor cabang. Kami tingatkan menjadi 15 persen hingga sampai saat ini,” katanya.

Pihaknya kata Pak Munas, tidak mau ditempeli atau diajak kerjasama oleh  yayasan pengepul bantuan atau donatur lainnya. “Kami tidak mau. Kami ingin fokus, uang bantuan itu murni dari uang DNY. Kami dan tim relawan yang menyalurkan sendiri,” katanya. Pak Munas izin ke belakang.

Tak lama kemudian,Bunda Deny muncul. Dia terlihat usai dipijat. Wajahnya agak segar. Sekilas dari penampilannya, dia bukan pemilik klinik kulit ternama di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja. Tapi terawat. Dan, badannya agak gemuk.  Tapi siapa menduga, dia lah pendiri DNY Skincare.

Kapan DNY Skincare mulai berdiri? “Sudah sejak 15 tahun lalu. Awalnya, saya ikut orang. Jadi sales atau reseller sebuah klinik kecantikan di Surabaya. Ketika belum ramai, klinik menggunakan sales atau reseller,” ceritanya.

Dirinya juga sales lainnya turun ke lapangan menawarkan produk klinik. Dia sudah tahu karakter pelanggannya. Dan,  bagaimana cara memasarkan produk kosmetik. ”Tapi saat klinik itu ramai. Reseller dihapus,” jelasnya.

Bila dihitung, dirinya kata Bunda Deny, bekerja sebagai reseller di klinik selama 7 tahun. Sejak itu, dia mulai menyukai dunia kecantikan.  Dia suka bila melihat wajah wanita terlihat halus dan mulus. Dia penasaran. Bagaimana dia merawat wajahnya.

Saat itu, dia juga bekerja sebagai tenaga honorer di Telkom selain  nyambi reseller klinik. Kantornya di belakang Tunjungan Plaza (TP). ”Saya di Telkom bagian 147.  Saya beruntung. Dari ratusan anak honorer, saya yang sering dipindah-pindah. Mulai pegang produk internet, SLI, dan Flexi. Dari sini, saya banyak pengalaman soal marketing,” ujarnya.

Suatu kali di sekitar TP,  dia bertemu seorang perempuan cantik dan kulit wajahnya halus, segar, dan terawat. Perempuan ini bukan SPG yang biasanya wajahnya harus cantik. ”Tapi perempuan ini hanya pedagang kali lima di sekitar TP. Jangan-jangan wajahnya dirawat dari produk klinik yang biasanya saya jual,” katanya.

Dia mendekatinya dan menanyakan rahasia perawatan kulit wajahnya. Semula si mbak penjual kaki lima, mengatakan hanya perawatan biasa. “Tapi saya tidak percaya. Setelah saya desak, si mbak akhirnya mengaku memang perawatan. Yang lebih mengagetkan saya, si mbak tidak pakai produk klinik yang biasanya saya jual. Dia pakai produk lain,” katanya.

Peristiwa itu lah yang menginspirasinya mendirikan DNY Skicare. Dia ingin menciptakan kosmetik perawatan kulit yang warna putih natural. Lebih bagus dibanding produk klinik asal tempatnya bekerja. ”Harga produk saya juga harus lebih murah,” katanya.

Pengobatan massal juga digelar DNY Skincare ketika bakti sosial di Desa Gemarang, Madiun (09/10)/foto/istimewa.

Maka, diriya lantas  keluar dari pekerjaan dan  mendirikan DNY Skincare. Menurutnya kualitas  produk  DNY Skincare  tidak kalah dengan produk  klinik lamanya. Harganya juga  terjangkau. “Harga kosmetik klinik lama Rp 300.000.  Tapi harga kosmetik DNY hanya 125.000. Kualitasnya sama dengan produk klinik mahal. Biar terjangkau para pembantu dan ibu rumah tangga,” jelas Bunda Deny.

Maka, dia full konsentrasi berjualan produk DNY Skincare miliknya dengan mengendarai motor Yamaha Mio warna telur asin. ”Saat itu, sehari saya target harus menjual dua produk. Satu untuk makan, dan satunya uang saya simpan. Saat itu, rumah juga masih kontrak,” katanya mengenang.

Kerja kerasnya akhirnya membawa hasil. Setelah delapan tahun, DNY Skincare mulai dikenal orang. Penjualan pun meningkat dan omzet pun bertambah. ”Saya akhirnya bisa rumah sendiri dan mobil,” kataanya.

Pada 2013, DNY Skincare mulai berkembang pesat dan membuka cabang di Madiun, Ngawi, dan Ponorogo. Dan kini akan merambah ke Surabaya yakni di Kutai dan Kutisari. Kantor pusat di Perumahan Jayaland, Gedangan. Di situ ada kliniknya. ”Di Sidoarjo, klinik skincare yang ramai ya di DNY Skincare di Jayaland ini. Karena harga terjangkau, dan kualitas memuaskan,”ujar Bunda Deny.

“Bila saya jalan-jalan di mall atau ke ATM dan bertemu  perempuan wajahnya penuh jerawat, maka saya tawarkan diri untuk merawatnya.  Saya rawat wajahnya sampai sembuh dan kembali mulus.  Gratis. Dan, lagi bila ada wanita ke klinik untuk percantik diri karena suaminya selingkuh, wah..tambah gratis lagi,” jelas Bunda Deny.

Harga DNY Skincare menurutnya kini sangat terjangkau.   Mulai Rp 210.000 sampai 300.000.  Salah satu produk barunya  DNY Skincare for men. Harganya 210.000. “Dan lagi, produk ini banyak diminati wanita dan pria usia di bawah 40 tahun. Tidak berarti usia 40 tahun tidak suka. Banyak juga pelanggan di atas 40 tahun,” jelasnya.

Kini DNY Skincare memiliki 65 karyawan dan 5 dokter. “Kami juga memiliki pekerja disabilitas. Mereka kan juga butuh makan dan harus diberi pekerjaan. Siapa lagi yang peduli kalau bukan kita-kita ini,” jelasnya.

JIWA SOSIAL TINGGI

Mengapa suka kaum disabilitas? ”Anak saya disabilitas, autis. Butuh kesabaran tinggi untuk merawat dan membesarkannya.  Kami tahu bagaimana perasaan kaum disabilitas. Mereka seperti orang tidak berdosa,” jelasnya.

Kok bisa?  “ Bila ada Pilkada dan mereka dipaksa atau diarahkan  mencoblos calon A atau B, ya…tidak bisa. Sehingga mereka kerap dilupakan oleh pemerintah setempat. Ini kan kasihan. Beda dengan orang miskin dan dhuafa. Mereka disuruh coblos A atau B ya jelas bisa,” katanya.

DNY Skincare sangat peduli terhadap disabilitas. “Kami akan terus menyalurkan bantuan untuk mereka. Bisa jadi karena ada bantuan DNY, mereka kerap mendo’akan  DNY dan Alhamdulilah, kami  bisa besar seperti sekarang ini. Semoga diberi kelancaran terus,”ujarnya.

Soal bantuan sosial lainnya  jangan ditanyakan kiprah DNY. DNY dan tim relawan SR (sedekah Rombongan) dan Gerpik  aktif turun di daerah-daerah  bencana di Indonesia. Gempa Lombok. DNY dan tim relawan tersebut turun membantu petugas penyelamat dan memberikan bantuan makanan.

Mobil ambulance SR (Sedekah Rombongan)-DNY Skincare siap membantu untuk warga yang membutuhkan/foto/istimewa.

Bahkan SR yang dibantu DNY  memiliki puluhan mobil ambulance dengan logo SR dan DNY. Cabang-cabang SR tersebar di Indonesia. Antara lain di Malang,  Jember, Solo, Magetan, dan Jakarta.

DNY juga kerjasama dengan Gerpik, Gerakan piknik yang membantu daerah daerah bencana. Barusan, DNY membantu Gerpik membeli kapal  untuk siap tanggap bencana di laut atau daerah pesisir.

”DNY juga memiliki rumah singgah di Jalan Darwangasa No.74. Bagi peserta BPJS kelas 3 yang tidak mampu bayar BPJS dan tidak ada rumah silakan di situ. Kami memiliki 16 kamar. Kamijuga siap supply makanannya,” kata Bunda Deny.

Apakah pandemi Covid, DNY tergoncang? “Tidak. Malah kami masih bisa berbagi. Sejak pandemi dan sampai saat ini,kami menyiapkan 400-500 nasi bungkus setiap hari. Setiap  hari Jum’at, jatah nasi bungkus naik 3.700. Dan, saat bulan puasa Ramadhan, 1.700 per hari,” kata Bunda Deny.

Pada Ramadahan 2021, DNY Skin Care menggelar acara Peduli dan Berbagi, yakni membagikan 545 paket sembako dan uang tunai kepada warga disabilitas dan  warga miskin di  Taman Paris, Perumahan Jayaland, Gedangan, Jumat (03/9). Sebelumnya, DNY juga bagi-bagi nasi bungkus 1.700 per hari.

“Harta hanya titipan. Yang berguna nanti akhirat adalah amal jariyah selama hidup di dunia. Mobil-mobil itu hanya hak pakai. Bukan milik saya. Karena bila kita meninggal, hanya kain kafan yang menyertai. Bukan mobil mewah,” jelasnya.

Mengapa dana amal harus 15 persen dari omzet bruto? ”DNY Skincare sepertinya akan berkembang lagi, Mas. Bila buka cabang lagi, DNY harus menyisihkan 20 persen dari omzet bruto. Supaya memotong 20 persen tidak eman, kami harus  belajar memotong 15 persen dari omzet,” kata Bunda Deny.

Apa tidak rugi perusahaan karena jatah amalnya tinggi? ”Kami tidak takut rugi. Buktinya, rezeki kami mengalir terus.Semoga model bisnis kami bisa menginspirasi pengusaha lainnya. Amin,” kata Bunda Deny. (*)

*Penulis adalah Wartawan Madya, PWI-Dewan Pers