
Pengajian Muslimah Sidoarjo Bersholawat
Sidoarjo-Pijaronline.net-BUKU adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, menjadikan manusia berilmu dan berwawasan luas. Mana ada orang yang pintar dan berpengetahuan tanpa membaca buku? Jawabnya tidak ada.
Iqra` Bismi Rabbikallażī Khalaq. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Itu kali pertama, Nabi Muhamad SAW menerima wahyu. Perintahnya jelas diminta membaca. Jadi kita umat Islam diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk selalu dan gemar membaca.
Demikian seperti dikatakan Ustad KH Agus Ali Masyhuri, Pengasun Ponpes Progresif Bumi Sholawat, ketika menjadi pembicara di pengajian umum, bertemakan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW yang digelar Muslimah Sidoarjo Bersholawat di Hall Gedung Selatan, Ponpes Progresif Bumi Shalawat, Selasa (9/3/21)
Pengajian ini sendiri dipandu pembawa acara, Hj Nur Cita Qomariyah ini diikuti sekitar 600 jamaah muslimah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Sebelum memasuki hall pengajian, peserta dengan dress code busana hitam dan kerudung abu-abu ini, satu-persatu harus mengenakan masker dan di-thermogun suhu badannya. Pengajian sendiri dimulai pukul 09.00, berlangsung tertib.

Dalam pengajian ini, Ketua Pengajian Muslimah Sidoarjo Bersholawat, Hj Santy Novalia, yang juga sempat menyerahkan bantuan 300 Alqur’an secara simbolis dari donatur, Bapak Boby Hermawan, kepada Ponpes Progresif Bumi Sholawat. Bantuan itu diharapkan bisa digunakan kepada para santri untuk gemar membaca Alqur’an.
Lebih lanjut Gus Ali, panggilan akrab KH Agus Ali Masyhuri, mengatakan Iqra` Bismi Rabbikallażī Khalaq. Ayat ini menaburkan mutiara ilmu pengetahuan seluruh dunia. “Maka tidak lah salah untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa atau masyarat bisa dilihat dari empat hal,” katanya.
Pertama, kualitas pendidikan. “Saya doakan semua jamaah bisa mendidik anak-anaknya menjadi berkualitas minimal lulusa sarjana. Ini semua bertujuan, supaya umat Islam bisa tampil sebagai subjek bukan sebagai objek,” tegasnya.

Karena itu, menurut Gus Ali, jangan eman (pelit) menjadikan anak kita pintar melalui jalur pendidikan. Jangan perhitungan memintarkan anak. “Tidak ada bukti orang tua bangkrut membiayai anak. Anak kita sekalian memiliki rejeki sendiri-sendiri. Karena itu bila ingin rejeki banyak, maka harus punya anak banyak,” kata Gus Ali disambut tertawa para jamaah.
“Jadi jangan dibilang ke petugas KB. Bila ingin kaya, buatlah anak yang banyak. He..he Ini serius,” guyon Gus Ali tapi juga serius.
Gus Ali mengakui ketika jejaka tidak punya apa-apa. Hanya punya sepeda engkol satu dan rantainya sering lepas. Serius. “Kini mobil saya keleleran depan rumah. Karena banyak anak,” ujar Gus Ali.
Lebih lanjut, Gus Ali mengatakan, syukurlah punya anak banyak. “Mau tahu rahasianya? Jadi bila kita orang tua meninggal sewaktu-waktu banyak yang mendoakan. Dan, tidak ada perbedaan pendapat bahwa doa anak sholeh–bisa mengangkat orang tua naik ke surga. Meski amal kedua orang tuanya biasa-biasa saja,” tegasnya.
“Kira-kira bila sampean semua meninggal, anak Anda apa siap mendoakan Belum tentu. Bila anak tidak disiapkan. Sekarang anak pikiran pendek. Orang tua meninggal ya sudah. Jadi anak juga harus disiapkan untuk menjadi anak yang sholeh,” lanjutnya.
Kedua, mengukur kemajuan bangsa atau masyarakat bisa dilihat dari minat baca masyarakat. ”Kalau minat baca rendah, masyarakat rendah. Dengan demikian, masyarakat tersebut akan akrab dengan kemiskinan. Karena kemiskinan ditandai dengan keterbelakangan. Onok kyai bawa laptop bingung dikira bawa sabak,” kata Gus Ali.
Tiga, mengukur kemajuan bangsa bisa dilihat jumlah perpustakaan. ”Di sini jarang berpustakaan. Warung bebek dan warung kopi banyak. Jangankan di kampung di kampus-kampus besar di negeri ini jarang berpustakaan,” ujarnya disambut tertawa para jamaah..
Dan, keempat faktor kemajuan bangsa bisa dilihat dari jumlah toko buku. “Sampean saya ajak jalan dari Lebo ke Pendopo Sidoarjo, hitung jumlah terbanyak warung atau toko buku. Tentu jumlah banyak terbanyak warung. Jadi umumnya orang itu urusannya makan melulu. Gak datang pengajian nggondok karena tidak kebagian makanan. Yang diurus makanan saja. Jadi ini yang membuat kita tidak bisa maju,” ujarnya.
“Allah memerintahkan kita membaca, Iqra’ Bismi Rabbikallażī Khalaq , mempelajari, meneliti dan merenungkan apa saja yang diciptakan Allah. Baik ayat ayat yang tersurat (Alqur’an) maupun tersirat (alam semesta). Supaya kita menjadi umat yang pandai dan berwawasan. Dan, bisa menentukan sendiri kemajuan Islam,” kata Gus Ali di akhir ceramahnya.
Sebelum mengakhiri ceramahnya, Gus Ali memimpin pembacaan sholawat Nabi dan diikuti secara kusyuk oleh para jamaah. Gus Ali meninggalkan acara. Selanjutnya, acara pembagian hadiah door prize Alqur’an bagi para janda dan door prize lainnya dari panitia kepada para jamaah. Acara ini sendiri berakhir sekitar pukul 11.15, sebelum jelang Dhuhur. (Mochamad Makruf)*
*Wartawan Madya-PWI-Dewan Pers