Mojokerto, Pijaronline.net – Kabupaten Mojokerto diidentifikasi memiliki enam ancaman bencana alam. Yakni bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta erupsi gunung berapi.
Berdasarkan data Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI) yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2013, Kabupaten Mojokerto memiliki indeks risiko bencana sebesar 164, atau masuk dalam kategori tinggi.
Analisa pemetaan ini dibahas bersama pada rapat koordinasi penanggulangan bencana Kabupaten Mojokerto, bersama Plt Bupati Mojokerto Pungkasiadi, Rabu (18/12) di Gedung BLK Provinsi Jawa Timur.
Mengingat saat ini memasuki musim hujan, Pemkab Mojokerto akan terus gencar menyosialisasikan penanggulangan bencana musim hujan kepada masyarakat. Hal ini dilaporkan Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Moh Zaini.
“Penanggulangan bencana saat ini sistemnya tidak cukup dengan reaktif. Paradigma itu kita coba ubah menjadi proaktif. Artinya kebencanaan saat ini menjadi urusan bersama. Bencana melibatkan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat,” kata Zaini.
Zaini juga menjabarkan jika hampir 50 persen dari yang dapat menghindari bencana ialah diri sendiri. BPBD berupaya membekali masyarakat bagaimana cara menggulangi bencana. Pihaknya juga telah melakukan pembekalan di sekolah-sekolah maupun rumah sakit, guna meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana.
Plt Bupati Mojokerto Pungkasiadi pada arahan rakor berpesan untuk tetap selalu memperhatikan korban bencana.
“Pada saat tanggap darurat kita juga telah bahu-membahu menolong dan melayani saudara-saudara kita yang menjadi korban,” jelasnya.
Dia bangga dengan sikap ringan tangan dan kepedulian para relawan penanggulangan bencana, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, serta semua pelaku penanggulangan bencana di Kabupaten Mojokerto selama ini.
“Kita coba siapkan semua (upaya penanggulangan), mulai dari Desa Tangguh, juga Keluarga Tangguh,” kata Pungkasiadi.
Pungkasiadi juga mengaku bahwa Pemkab Mojokerto telah mem-plotting anggaran kebencanaan dengan strategis.
“Saya sudah berpikir panjang. Dari mulai bencana, hingga pasca bencana. Kalau yang besar-besar seperti bangunan (dampak kerusakan akibat bencana), kita coba anggarkan jauh-jauh,” jelasnya.
Namun begitu, ada juga dua bantuan sosial tak terduga. Yakni bansos direncanakan dan bansos tak terduga. Ini ada di Dinas Sosial dan pihaknya akan mengomunikasikan.(dan)