Kala Bakteri Bersosial Network Seperti Manusia

210

Selamat pagi semesta, selamat pagi matahari, selamat pagi semua…

PAGIKU  dimulai dengan morning routine. Menyapa semesta, meditasi pagi dan tidak lupa secangkir kopi pahit serta aroma gaharu yang menenangkan. Terimakasih Tuhan untuk nafas yang Engkau berikan.

Aku selalu merasakan bahwa alam semesta senantiasa berkomunikasi denganku. Dengan bahasa rasa tanpa kata. Dalam tataran kuantum. Semua  terhubung secara energi. Saat ku ucapkan salam kepada matahari, aku merasakan matahari meresponnya dengan hangat dan lembut Jika peka, kita akan mampu merasakan bahwa alam semesta selalu berkomunikasi dengan kita dalam bahasanya.

Gambar 1. Animasi Social Networks Bakteri (Sumber: https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/es20393)

Tentang komunikasi, aku teringat tentang makhluk-makhluk mikro seperti bakteri. Mereka adalah makhluk kecil yang memiliki kecerdasan. Mereka juga mampu berkomunikasi dan memiliki social networks.  Dalam bidang mikrobiologi dikenal istilah quorum sensing. Ini merupakan komunikasi antar sel-sel bakteri. Dimediasi  oleh molekul-molekul sinyal kecil yang mudah berdifusi. Memicu perubahan ekspresi gen sebagai respon terhadap peningkatan kepadatan populasi.

Molekul tersebut dikenal dengan istilah auto-inducer. Komunikasi bakteri tersebut sangat luas. Tidak terbatas pada satu spesies  sama. Tapi juga antar spesies.  Sehingga suatu spesies bisa menangkap dan menyebarkan pesan dari atau ke spesies lainnya. Ini semua modifikasi dan perubahan perilaku. Baik untuk kepentingan komunal maupun untuk keuntungan suatu spesies terhadap spesies yang lain.

Aku benar-benar takjub dengan kecerdasannya.  Mereka kecil bahkan sangat-sangat kecil ini memiliki kecerdasan dan social nerworks yang tak kalah canggih dengan manusia.

Gambar 2. Animasi Peristiwa Quorum sensing (Sumber: https://researchblog.duke.edu/2022/02/16

Bukankah animasi di atas mirip dengan kita. Di saat kesunyian malam menerpa. Kita belum bisa memejamkan mata. Kita akan mengambil smartphone. Mulai mengirimkan pesan kepada teman atau kerabat atau kekasih yang mungkin masih terjaga di larut malam.  Ketika feeling lonely, bakter akan melepaskan auto-inducer ke lingkungan dan mengirimkan signal menarik populasi bakteri lainnya. Baik  itu bakteri spesies sama atau pun berbeda.

Konsentrasi autoinducer yang diekresikan juga meningkat mencapai konsentrasi ambang. Itu di mana sel-sel bakteri bisa mendeteksinya kembali dan selanjutnya mengaktifkan ekspresi gen-gen target secara bersamaan.

Quorum sensing merupakan sesuatu sangat penting bagi keberlangsungan hidup bakteri. Tujuannya  mengontrol ekspresi gen-gen penting yang terkait dengan virulensi, survival, simbiosis, dan lain sebagainya.

Sejak diketahui ada mekanisme quorum sensing ini, memicu para ilmuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Ini  guna menggali lebih dalam tentang mekanisme dan senyawa yang terlibat dalam social networks bakteri (quorum sensing), serta manipulasi quorum sensing dan penerpaannya dalam berbagai bidang bioteknologi.

Apakah bakteri juga bisa merasakan rindu ya?  Jika bakteri rindu, apakah itu akan sangat berbahaya? Karena bisa memicu resistensi antimikroba. He..he..he