Surabaya-Pijaronline.net– Aksi cowboy guru olahraga SMPN 49 Surabaya, Joko Suhanto yang memukul siswa kelas VIII, Reyna Syahputra berlanjut ke ranah hukum. Orangtua korban, Ali Mujahyin melaporkan kasus dugaan penganiayaan itu ke SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) Polrestabes Surabaya, Sabtu (29/01/22) sekitar pukul 13.00.
Penyidikan kasus ini pun ditangani Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Satreskrim Polrestabes Surabaya. Sekitar pukul 15.00, korban dibawa petugas ke RS Bhayangkara, Jalan A Yani untuk menjalani visum. Satu jam kemudian, korban usai jalani visum dan dibawa ke mapolrestabes.
Oknum guru Joko yang berbadan tinggi besar seperti aparat ini infornya sudah menyerahkan diri ke mapolrestabes. Sampai pukul 16.30, korban dan orang tuanya dan pihak Dinas Pendidikan Kota Surabaya bidang SMP masih proses mediasi di mapolrestaes.
”Media dilarang masuk. Kasus masih baru.Kami masih mendalami dan ada mediasi. Gurunya sudah diamankan di sini,” ujar petugas yang menolak disebut namanya.

Wartawan media ini sempat menghubungi Ali, orangtua korban. ”Saya masih ada di polrestabes mas. Nanti saja,” balas pria yang sehari-harinya sebagai penjual sayur.
Ketika di mapolrestabes, wartawan bertemu Heri, staf bagian SMP Dinas Pendidikan Kota Surabaya. ”Usai kejadian, kepala sekolah SMPN 49 dan kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh sudah ke rumah korban dan minta maaf atas kejadian ini,” ujarnya. Tak lama kemudian, Heri dipanggil untuk memasuki ruang Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya yang memiliki kunci digital.
Bagaimana kasus penganiayaan ini berawal? Menurut Ali melalui pesan WA kepada orang dekatnya, sebagai berikut:
“Kronologi kaka habis dari wc kemudian disuruh kedepan membetulkan jawaban yang salah. anak e njawab dgn nada agak tinggi ws jelas salah kok suruh benerin pakk dan langsung terjadi pemukulan itu. Gak mbalas dia,”
Ali semula pasif menanggani kasus penganiayaan itu. “Saya hanya tukang sayur yang tak punya beking. Orang kecil bu.” Ali sendiri baru tahu anaknya dianiaya si guru setelah tahu dari viral video WA.
Ketika melapor ke SPKT Polrestabes, Ali dan anaknya diterima Kapolrestabes Surabaya Kombespol Akhmad Yusep Gunawan dan dilayani dengan baik.

Dalam video presisi Polrestabes Surabaya, Ali mengatakan baru tahu anaknya dianiaya oknum guru setelah melihat video viral. ”Saya tidak menerimakan kejadian ini. Karena bila dunia pendidikan diperlakukan seperti ini bisa merusak mental anak-anak. Pelayanan Polrestabes baik. Saya merasakan negara hadir dalam kasus ini,” ujarnya.
Dalam rekaman video yang viral itu yang durasinya sekitar tiga detik, tampak dua siswa sedang berdiri di depan murid-murid lainnya. Sepertinya disuruh membenarkan soal pelajaran. Tiba-tiba oknum guru berdiri sambil berucap “goblok” sambil tangan kanannya memukul kepala siswa.
Selain itu, guru pria berbadan tinggi besar itu juga mencekik leher siswa lalu membenturkan kepalanya ke papan tulis. Pemukulan ini dilakukan di depan teman-temannya. Bahkan ada yang merekam kejadian pemukulan.
Kejadian itu kemudian mengundang perhatian Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, yang secara langsung menemui para guru SMPN 49 Surabaya, Sabtu 29 Januari 2022.
“Tadi saya sampaikan, saya tidak ingin kejadian ini kembali terjadi di Surabaya. dan ini biar jadi efek jera pada guru. Karena guru ini orang tua ketika jadi orang tua ya otomatis ngemongi,” ungkap Eri, usai pertemuan.
Sebagai tindak lanjut, Eri mengaku, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Inspektorat Kota Surabaya akan melakukan pemeriksaan terhadap guru tersebut. Eri juga menyebut berencana bertemu dengan murid korban pemukulan Joko.
“Nanti ada pemeriksaan sampai inspektorat, saya tadi ketemu guru dan sebelum viral sudah minta maaf ke orang tua. Memang harus dilewati proses ini jadi pemahaman bagi manusia, kalau melakukan kekerasan ya begini,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya Yusuf Masruh membenarkan kejadian kekerasan tersebut, yang menimpa salah satu siswa di SMP Negeri 49 Kota Surabaya. Menurut dia, hal itu terjadi karena belum adanya pemahaman guru terhadap karakter siswa, saat PTM 100 persen berlangsung.
“Iya memang benar (terjadi), saya mohon maaf atas nama Dinas Pendidikan kepada warga Kota Surabaya. Untuk kronologi kejadian ini masih kita dalami, karena di media sosial sudah tersebar berita itu,” kata Yusuf.
Oleh karena itu, Yusuf meminta setiap guru untuk memiliki strategi yang tepat dalam memberikan pembelajaran kepada anak didiknya, dengan tujuan bisa membantu dan menjaga proses pembelajaran akademik siswa.(ruf/berbagai sumber)