
Mojokerto, Pijaronline.net – Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Moh Zaini menyatakan, penanggulangan bencana saat ini sistemnya tidak cukup dengan reaktif.
“Paradigma itu kita coba ubah menjadi proaktif. Artinya kebencanaan saat ini menjadi urusan bersama. Bencana melibatkan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat,” kata Zaini.
Hal ini diungkapkan Moh Zaini disela rapat koordinasi penanggulangan bencana Kabupaten Mojokerto, bersama Plt Bupati Mojokerto Pungkasiadi, Rabu (18/12) di Gedung BLK Provinsi Jawa Timur.
Zaini juga menjabarkan jika hampir 50 persen dari yang dapat menghindari bencana ialah diri sendiri. BPBD berupaya membekali masyarakat bagaimana cara menggulangi bencana. Pihaknya juga telah melakukan pembekalan di sekolah-sekolah maupun rumah sakit, guna meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana.
Kabupaten Mojokerto saat ini bekerja sama dengan LPH Pasuruan, mencoba memulai sebuah inovasi yang baru pertama kali dilakukan di Jawa Timur, yaitu mitigasi penguatan lereng guna mencegah bencana tanah longsor.
Aksi yang dilakukan yakni melakukan penanaman rumput vetiver sebanyak 7.000 tanaman di lahan seluas 30 hektare. Khususnya di wilayah Desa Duyung, Kecamatan Trawas.
Tanaman vetiver atau akar rumput wangi adalah sejenis rumput yang memiliki akar sepanjang 2-5 meter di bawah tanah. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki kualitas tanah dan air sehingga dapat mencegah tanah longsor, banjir, dan erosi.
Vetiver dapat ditanam di tebing-tinggi yang berada di samping pemukiman warga desa. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat rawan longsor.
Kegiatan rakor ini dilanjutkan dengan penyerahan piagam Lomba Desa Tangguh Bencana Tingkat Provinsi Jawa Timur Kategori Pertama yang diraih Desa Kalikatir. Dilanjutkan penyerahan mobil operasional rescue dan truk tangki air bersih BPBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 2019.(dan)