Apa Probiotik?

528

HUJAN Juni yang syahdu. Seperti bait-bait kata sastrawan, Sapardi Djoko Damono di puisinya “Hujan Bulan Juni”. Masih di dalam laboratorium mikrobiologi dengan para makhluk-makhluk tak kasat mata. Aku menyebutnya “bakteri”.  Juni 2020 berbeda dengan bulan di tahun sebelumnya. Aktivitas dibatasi. Itu karena makhluk tak kasat mata tengah menghantui bumi ini. Manusia memanggilnya Corona Virus Desease-19 (Covid-19). Makhluk itu luar biasa namun berdampak nyata bagi kehidupan manusia.

Markisa merah memiliki kandungan probiotik lokal yang belum dieksplore/photo:alodoc.com

Hidup tak sama kini. Lamunanku masih menerawang jauh ke luar jendela. Melihat tetes demi tetes hujan di Juni. Lamunanku terhentak. Seketika aku mendengar longlongan autoklaf yang sudah mulai mengeluarkan asapnya. Yah, aku tengah melakukan sterilisasi  media selektif de man rogosa sharpe. Alat ini nanti  aku gunakan  untuk mengisolasi bakteri baik di buah markisa merah.

Markisa merah yang cantik kupetik di kebun belakang rumah. Nama latinnya secantik warna merah kulitnya, passiflora edulis sims. Buah ini tumbuh di  tanah tropis Indonesia. Kandungan  metabolit primer dan sekunder sangat banyak dan tentu baik  untuk kesehatan. Vitamin C dan flavonoidnya adalah pemburu handal bagi senyawa radikal bebas. Si merah itu juga mengandung bakteri baik yang berpotensi sebagai probiotik.

Mendadak aku mendengar suara yang berbisik syahdu. “Hai, aku probiotik yang bisa membantu manusia untuk menghadapi si Covid-19.”  Aku menoleh ke sekeliling. Namun, aku hanya menemukan keheningan diiringi simfoni rintik hujan pada Juni. Aku tersenyum dan menyadari, suara itu ternyata suara pikiranku sendiri.

Probiotik menurut FAO/WHO (2001 dan 2002), adalah mikroorganisme hidup. Bila  dikonsumsi dengan jumlah yang cukup, mikroorganisme ini bermanfaat untuk kesehatan. Mikroorganisme adalah makhluk hidup tak kasat mata. Ukurannya  yang  kecil (mikro). Tentu saja, makhluk ini tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Probiotik tidak hanya dari bangsa bakteri, tapi  juga dari  bangsa jamur.

Guruku bercerita bahwa probiotik di Indonesia masih produk impor.  Padahal, alam nusantara ini  kaya  buah-buahan dan tumbuhan. Namun, manfaatnya belum dieksplore secara keseluruhan. Selain memiliki berbagai khasiat farmakologis, ternyata buah-buahan tropis negeri ini juga mengandung bakteri baik,  probiotik.

Membutuhkan waktu panjang untuk melakukan isolasi bakteri kandidat probiotik dari buah-buahan tropis Indonesia. Serangkaian persyaratan meliputi; ketahanan isolate terhadap pH asam lambung, garam empedu, senyawa antimikroba, dan harus mampu menempel pada epitel mukosa saluran pencernaan.

Syarat lainnya tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan penyimpanan. Strain ini juga mudah diaplikasikan pada produk makanan, tahan terhadap proses psikokimia pada makanan, mempunyai sensor yang baik dan tidak meningkatkan angka keasaman selama penyimpanan.

Produk-produk probiotik yang beredar di pasaran saat ini menggunakan bakteri dari spesies Lactobacillus dan Bifidobacterium. Sedangkan bakteri  Spesies Lactobacillus yang biasa digunakan adalah Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus johnsonii, Lactobacillus casei, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus gaseri, dan Lactobacillus reuteri. Sedangkan, spesies Bifidobacterum yaitu Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium breve dan Bifidobactrium infantis

Probiotk selain dari golongan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus spp, golongan Bacillus spp ternyata juga memiliki potensi baik sebagai probiotik. Probiotik Lactobacillus spp. dan Bacillus spp. mampu menekan sejumlah bakteri pathogen seperti Salmonella enterica dan Eschericia coli pada anak babi, Kedua probiotik ini pun  mampu dijadikan sebagai alternatif pengganti antibiotik.

Senja pun tiba. Aku bergegas  pulang. Aku berjalan menyusuri lorong sunyi yang dingin dengan aroma hujan yang kusukai. Aku suka aroma hujan dan kopi. Ahhh…hujan bulan Juni….(*)