Sidoarjo, Pijaronline.net – Korban Akhmad Dafaldi Baihaqi adalah anak yang baik dan sopan. Dia selalu tersenyum dan menyapa tetangga yang ditemuinya. Dia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Jumari Londo dan istri.
Dafaldi sangat menyayangi dua adiknya laki dan terkecil perempuan. Keduanya masih duduk di bangku SD.
Korban hidup dalam keluarga sangat sederhana. Bapaknya penjual pentol bakar Londo. Terkadang berjualan dengan motor di depan sekolah SMPN 5 Sidoarjo. Pentol bakarnya sangat enak. Dagangannya pun cepat habis.
Orangtua korban mengontrak rumah Ibu Hanim, di Jalan Kartini Gang 2. Sedangkan ibu korban memiliki los pracangan di Pasar Rizal, Kemiri. Kedua orang tua korban sangat sibuk dengan pekerjaan hariannya sebagai pedagang.
Apa ada firasat? Menurut Hanim, Selasa (11/2), dia begitu kaget melihat korban sudah di depan pintu belakang rumah ketika hendak membuka pintu.
“Bu Hanim, Sasa ada (Sasa adalah anak perempuan tertua Hanim). Saya mau pamit sekolah,” ujarnya.
Sasa yang masih duduk di TK dipanggil Hanim. Sasa mendekat, korban lantas melambaikan tangan say good bye.
“Dada Sasa. Kak Faldi berangkat sekolah. Dada Bu Hanim, ” ujar Hanim menirukan ucapan Dafaldi. Hanim pun heran karena korban belum pernah melakukan itu sebelumnya.
“Saya heran Faldi tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Bila dia kena musibah seperti ini, berarti Faldi mengucapkan salam perpisahan terakhir pada keluarga kami,” ujar Hanim sedih.
Menurut Hanim, korban memang sangat menyukai anak-anak kecil tetangga. Dafaldi kerap menghibur anak-anak kecil itu dengan bermain gitar kecil ukelele yang memang keahliannya.
“Sekarang suara gitar ukulele itu tak terdengar lagi. Ya Allah semoga Faldi diterima Allah SWT, ” ujar Hanim sambil menerawang.
Sedangka Jumari, bapak korban, mengaku tidak ada firasat sebelum korban meninggalkannya.
“Tidak ada firasat. Tapi bila dia pergi ke rumah temannya selalu pamit. Tapi kok tidak pamit saat kejadian,” ujarnya.
Faldi itu sebenarnya sudah diajak renang Ruli sehari sebelum kejadian. Hanya saat itu, Faldi tidak ada di rumah karena keluar dengan adiknya. Ruli kemungkinan berenang dengan temannya yang lain,” ujar Jumari.
Rabu pagi, menurut Jumari, dia sedang tidur. Karena semalam, dia usai memakamkan tetangga yang meninggal dunia karena kecelakaan kerja. Ketika tidur, dia dibangunkan Faldi karena meminta uang saku.
“Saya memberinya Rp 10 ribu. Dia bilang kurang Rp 5 ribu. Karena biasanya uang saku Rp 15 ribu. Ya saya ambilkan lagi Rp 5 ribu, ” ujar Jumari.
Pemberian uang itu tidak disangka pertemuan terakhirnya dengan Faldi.
Ketika pulang sekolah itu, Faldi bertemu Ruli dan diajak renang lagi di Sungai Pucang. Faldi pun mengikuti kemauan teman akrabnya sejak di SDN Pucang 5 Sidoarjo. ” Dia renang di sungai tanpa pamit, ” ujarnya.
Suka kelayapan setelah pulang sekolah itu sudah kebiasaan korban sejak SD. “Pernah ibunya menangis karena Faldi pulang sekolah pukul 10.00 tapi baru pulang pukul 14.00 WIB. Dia ternyata bermain di rumah temannya tanpa pamit. Dia baru pulang setelah lapar. Dia tidak tahan lapar, ” ujar Jumari.
Pukul 14.30 WIB, dia memperoleh kabar Dafaldi tenggelam dengan dua temannya. Jumari mengajak istri dan dua anaknya mencari Dafaldi. Dia minta bantuan warga setempat. Warga pun menolongnya menyisir sungai. Kemudian bantuan dari SAR , relawan, dan Tagana datang.
“Kami sekeluarga mencari mulai pukul 15.00 dan baru pulang Subuh (Kamis 13/2),” ujarnya.
Rabu, pukul 17.00, dia sempat melarung guling korban ke sungai. Ketika guling berhenti, di situlah jenazah korban. “Guling berhenti di jembatan lingkar timur. Saya sendiri mencari tapi tak mampu. Arus sangat deras, ” ujarnya.
Kamis (13/2), pukul 14.30, Dafaldi ditemukan Tim SAR dekat muara. “Posisi berdiri dan kepala menyembul di permukaan air,” ujarnya.
Sejak ditemukan, petugas melarang keras memotret jenazah korban. Korban segera dilarikan ke kamar mayat RSUD Sidoarjo. Pukul 17.00 WIB, jenazah korban Dafaldi dimakamkan.(ruf)