Kurikulum OBE, Tantangan Bisnis Digital Media, dan Cyber PR

461
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unitomo Surabaya, Dr. Drs. Harliantara, MSi ketika membuka lokakarya/photo:makruf/pijaronline.

Fikom Unitomo Gelar Lokakarya Ilmu Komunikasi

Surabaya-Pijaronline.net. Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Surabaya menggelar lokakarya Ilmu Komunikasi untuk para dosen dan masyarakat umum, Rabu (1/11/23) di Southern Hotel, Jalan Raya Jemursari.

Sesi pertama berjudul Kurikulum Ilmu Komunikasi  Berbasis OBE (Outcome Based Education) mulai pukul 09.00 sampai 12.00. Dengan pembicara pertama, Drs. Gatut Priyowidodo, MSi, PhD, dosen Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif,  Universitas Kristen Petra. Pembicara kedua, Lucky Lokononto, pemimpin redaksi Beritajatim.com.

Sesi kedua, berjudul Lokakarya Cyber PR (Public Relations) mulai pukul 13.00 sampai 16.00. Pembicara pertama, Prof.Dr. Eni Maryani, MSi, guru besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. Pembicara kedua, Drs. I Gusti Ngurah Putra, MA, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Acara dibuka oleh Dekan Fikom Unitomo Surabaya, Dr. Drs. Harliantara, MSi. Menurut Harley, panggilan Harliantara, saat ini mata kuliah perguruan tinggi khususnya ilmu komunikasi harus sesuai perkembangan zaman dan tuntutan pasar kerja. Bila tidak, maka ilmu pengetahuan tidak berkembang.

Fikom Unitomo kini sudah memasuki kurikulum OBE. Diharapkan nanti para lulusannya, bisa langsung diterima di pasar kerja. Fikom menciptakan mahasiswa siap memasuki pasar kerja.

“Kami  terus menginisiasi, memupuk, dan mengembangkan skill atau passion mahasiswa. Bila mahasiswa ingin menjadi penyiar radio, kami sudah memiliki studio mini radio. Demikian pula bila mahasiswa ingin menjadi postcaster. Kami juga memiliki studionya,” ujar Harley menutup sambutannya.

Sekitar 50 peserta hadir dalam lokakarya ini. Mereka tidak hanya dosen internal Fikom Unitomo, tapi juga dosen-dosen ilmu komunikasi universitas lain dari dalam dan luar Surabaya. Di antaranya  UWM, Untag, UIN Sunan Ampel, AWS Surabaya, Universitas Islam Majapahit, Mojokerto, dan Universitas Darussalam, Gontor.

Memasuki acara lokakarya, sesi pertama dimoderatori oleh Bambang Setyo Utomo, MIKom, Kaprodi Ilmu Komunikasi, Universitas Darussalam, Gontor. Pada sesi ini, materi Gatut berjudul OBE di Ilmu Komunikasi: Menaklukkan Tantangan Kurikulum dengan Gembira.

”Salah satu manfaat OBE adalah menyiapkan mahasiswa siap di dunia kerja. Kurikulum harus dirancang salah satunya bisa memenuhi tuntutan pasar kerja,” jelasnya.

Karena itu, perguruan tinggi harus tahu profil lulusannya nanti mau jadi apa. Bila mahasiswa ingin menjadi youtuber, maka mata kuliahnya harus ada mata kuliah media sosial dan implementasinya. ”Karena itu yang ditentukan dahulu adalah CPL (Capaian Lulusan), CPMK (Capaian Mata Kuliah), bahan kajian menentukan MK (Mata Kuliah) atau MK menentukan bahan kajian,” jelasnya.

Pembicara, Drs. Gatut Priyowidodo, MSi, PhD/photo:makruf/pijaronline.net

Saat ini era digital atau new media, maka mata kuliah dan laboratorium pun harus terkait digital era.  Misalkan mata kuliah terkait cyber atau new media dan kampus pun di antaranya menyediakan studio podcast atau studio yang lain terkait digital era.

”Bukan kemudian mahasiswa diminta mengoperasikan alat-alat jadul. Misalkan disuruh mengetik manual atau mencetak negatif foto di ruang gelap. Dua kegiatan ini sudah tidak berguna diajarkan di era saat ini,” ujar Gatut.

Sementara itu, pembicara kedua, Lucky memaparkan karakteristik dan tantangan bisnis media online di era digital.  Menurutnya di era digital ini timbul budaya baru yakni FOMO (Fear Of Missing Out). Yakni  rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu yang update di media sosial.

“Ada perasaan cemas dan takut pada seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. Ini efeknya, orang-orang saat ini harus selalu memegang gadget. Itu karena mereka harus update terkait tren di media sosial dan tidak mau ketinggalan. Bisnis media digital salah satunya harus menangkap opportunity Fomo culture untuk bisa menghasilan revenue,” jelasnya.

Pembicara, Lucky Lokononto/photo: makrup/pijaronline.net

Teks menurutnya saat ini mulai ditinggalkan. Hanya google yang masih menggunakan teks. Teks ditinggalkan semua  go visual. Mengapa? “Go visual lebih attractive (menarik), engaging (merasa terlibat), understandable (mudah dipahami), memorable (mudah diingat), dan relatable (berhubungan). Dari sini kemudian lahir personal media, youtube = TV, media instant,” jelasnya.

Membangun bisnis media digital menurut Lucky juga tidak mudah. “Ada delapan syarat keberlanjutan yakni business environment, business developmenr, brand development, content development, audience development, distributions development, revenue development, dan technology. Semua proses itu harus dilakukan bila ingin bisnis media digital kita bisa sukses,” ujar Lucky menutup materinya. Peserta kemudian ishoma (istirahat, sholat, dan makan)

Sesi sesi kedua  lokakarya Cyber PR dengan moderator Ratnaningrum ZD,ST,SIP, MIKom, dosen Universitas Islam Majapahit, Mojokerto. Sesi ini dibuka dengan paparan Eni Maryani terkait  Cyber Relation dan mapping media online. Yang terpenting paparan Eni soal syarat cyber relations officer. Yakni memahami perkembangan media digital dan penggunaanya, memahami media baik sebagai institusi maupun sebagai teknologi, menyiapkan SDM yang memahami media digital atau media berbasis internet, memiliki website organisasi.

Pembicara, Prof.Dr.Eni Maryani, MSi/photo:makrup/pijaronline.net

Menggunakan beragam platform media dan secara regular dan menyebarkan informasi ke khalayak sasaran, menyebarkan informasi dan aktivitas organisasi ke berbagai media secara regular, dan tergabung dalam berbagai kelompok diskusi online.  ”Era digital saat ini, bila ada businessman dan tidak memiliki website perusahaan, Anda tidak dianggap dan kredibilitas tentu turun,” jelasnya. Bisnis media saat ini idelisme turun. Itu karena, media lebih baik meliput berita yang ada kepentingan ekonomi dan politik. Dan lagi, banyak pemilik media juga terafiliasi dengan partai politik.

Pembicara kedua adalah I Gusti Ngurah Putra yang akrab dipanggil Ngurah. Dalam paparannya, di era media sosial ini, banyak PR atau perusahaan gagap mengatasi permasalahan PR di era medsos ini. Buktinya kasus RS Omni Internasional dan pasiennya, Prita.

“Prita komplain terhadap pelayanan rumah sakit yang tidak profesional padahal ada embel-embel internasional.  Curhatan Prita ini diupload di akun medsosnya. Tayangannya viral. Bukannya menyelesaikan kasus itu secara damai namun pihak rumah sakit melaporkan balik Prita,” kata Ngurah.

Laporan ini direspon Netizen dan menghujat rumah sakit tersebut. Kasus ini pun akhirnya dimenangkan oleh Prita. “Tantangan PR di era digital ini seharusnya tidak gagap  menghadapi kasus tersebut. Kuncinya kasus itu harus diselesaikan secara profesional. Pihak rumah sakit seharusnya mengakui kesalahannya dan memberikan kompensasi yang pada akhirnya bisa memuaskan pasiennya,” ujarnya. Keseluruhan acara lokakarya ini baru berakhir pukul 16.00.  (ruf)